onsdag 21 december 2011

THE GREAT MOTHERS OF THE GREAT PEOPLE

Bismillah.

“Di belakang tokoh yang mulia pasti ada wanita mulia”

Sebuah pepatah klise yang tak terbantahkan. Ingatkah kawan, tentang kekuatan hafalan Anas bin Malik, kedermawanan Urwah bin Zubair, keshalihan Hasan Al-Bashri, kejeniusan As-Syafi’i, dan keadilan Umar bin Abdul Aziz? Ternyata, peran utama yang menghantarkan mereka menjadi orang istemewa adalah sosok ibunda. Tak jauh berbeda dengan kisah para mujahid yang melalui asuhan tangan-tangan ibunda mereka, panji-panji Islam tetap berkibar.

>> Anas bin Malik

Beberapa keutamaan Anas ialah nikmat Allah padanya yang berupa usia yang panjang, anak yang banyak, harta berlimpah, dan ilmu yang luas. Allah mengaruniakan padanya usia yang mencapai 103 tahun, ratusan orang keturunan, menjadi orang Anshar terkaya, dan menjadi salah satu sumber ilmu bagi para ulama. Anas merupakan salah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi. Ia menjadi rujukan ulama-ulama hebat sepanjang sejarah, misalnya Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy-Sya’bi, Abu Qilabah, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al-Bunani, Qatadah As-Sadusi, dll.

Di balik kehebatan Anas, andil keistimewaan sosok Ummu Sulaim tak dapat dinafikan. Ummu Sulaim merupakan sosok wanita yang cemerlang akalnya, penyabar, dan pemberani. Kecintaannya pada Rasulullah tak diragukan lagi, ia menyerahkan Anas bin Malik yang masih berusia delapan tahun sebagai hadiah untuk Rasulullah. Dialah sosok yang tak meminta mahar apapun dari Abu Thalhah kecuali keislamannya. Wanita ini pulalah yang dengan kecerdasan dan kebijaksanaannya memberitahukan kematian Abu ‘Umair, putera tercinta, kepada Abu Thalhah hingga suaminya itu menerimanya dengan tabah. Keberanian Ummu Sulaim dibuktikan dalam perang Hunain dan perang Uhud. Ummu Sulaim juga meriwayatkan empat belas hadits Rasulullah, satu di antaranya muttafaq ‘alaih. Dari Jabir r.a, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku masuk jannah, tiba-tiba aku melihat di sana ada Rumaisha’ (julukan Ummu Sulaim—red), isteri Abu Thalhah.” (HR Al-Bukhari)

>> Urwah bin Zubair

Urwah tak seberuntung kakaknya, Abdullah bin Zubair, yang sempat melihat Nabi. Namun begitu, Urwah merupakan tabi’in yang luar biasa. Ia terkenal sebagai salah satu dari tujuh fuqaha’ Madinah yang terkenal akan keilmuan, kezuhudan, dan ketakwaannya. Urwah juga menjadi salah satu penasihat pribadi Umar bin Abdul Aziz ketika menjabat sebagai gubernur Madinah. Ia adalah seorang hafidz dan faqih yang rajin berpuasa, bahkan ketika ajal menjemput pun ia dalam keadaan shaum. Ia mengkhatamkan seperempat Al-Quran setiap harinya, selalu bangun malam kecuali pada malam ketika kakinya diamputasi. Pada malam pengamputasian kaki karena kanker kulit yang dideritanya, Urwah juga mendapat cobaan lain yaitu meninggalnya salah satu putera kesayangannya. Namun begitu, Urwah tidak mengeluh sedikitpun bahkan ia justru mensyukurinya,”Segala puji bagimu, ya Allah, mereka adalah tujuh bersaudara yang satu di antaranya telah Kau ambil namun Engkau masih menyisakan enam bagiku. Sebelumnya aku juga memiliki empat anggota badan, lalu Kau ambil satu daripadanya, dan Kau sisakan yang tiga bagiku. Meski Engkau telah mengambilnya, namun Engkau jualah pemberinya, dan meski Engkau telah mengujiku, namun Engkau jualah yang selama ini memberiku kesehatan.”

Siapa kah sosok mulia yang mewariskan kemuliaan dalam diri Urwah? Dialah Asma’ binti Abu Bakar, wanita yang berkarakter tabah, berani, dermawan, dan bijaksana. Dialah yang menenangkan kakeknya (ayahanda dari Abu Bakar r.a) dengan batu bertutup kain tatkala Abu Bakar membersamai hijrah Rasulullah ke Mekkah tanpa meninggalkan harta sepeser pun. Dialah yang memiliki julukan dzatun nithaqain (yang punya dua ikat pinggang) karena memberikan ikat pinggangnya untuk membantu hijrah Rasulullah.

Zubair bin Awwam, salah seorang asratul kiraam sekaligus suami Asma’ mengakui sifat mulia lainnya yang dimiliki Asma’ yaitu penyantun,”Aku tak pernah melihat wanita yang lebih penyantun dari Aisyah dan Asma’ namun sifat santun mereka sedikit berbeda. Kalau Aisyah, maka ia mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit, baru setelah terkumpul ia bagi-bagikan. Sedang Asma’ tak pernah menyimpan sesuatu untuk esok hari.” Sebagaimana ibunya, Urwah pun terkenal sebagai sosok yang dermawan. Ia memiliki kebun kurma yang senantiasa ia buka untuk umum jika tiba musim ruthab (kurma setengah matang yang masih lunak, makanan favorit mayoritas masyarakat Arab—red). Ia membiarkan orang-orang makan dan membawa pulang kurma itu sepuasnya.

>> Al-Khansa’, Ibunda Para Mujahid

Dialah ibunda dari empat mujahid dalam perang Al-Qadisiyyah. Keempat buah hatinya ia relakan menjadi pejuang-pejuang penegak panji Islam di muka bumi. Kecintaannya pada sang buah hati mengantarkan keempatnya menuju kemuliaan mati syahid.

Terdorong oleh ibundanya, keempat putera Al-Khansa’ pun maju ke medan perang dengan gagah berani. Salah seorang puteranya bersyair tatkala menyerang musuh, “Ibunda adalah wanita yang hebat dan tabah, pendapatnya sungguh tepat dan bijaksana. Ia perintahkan kita dengan penuh bijaksana, sebagai nasihat yang tulus bagi puteranya. Majulah tanpa pusingkan jumlah mereka, dan raihlah kemenangan nyata. Atau kematian yang sungguh mulia, di jannatul Firdaus yang kekal selamanya.”

Tatkala mendengar kabar gugurnya keempat buah hati, Al-Khansa’ tabah dan berkata,”Segala puji bagi Allah yang memuliakanku dengan kematian mereka. Aku berharap kepada-Nya agar mengumpulkanku bersama mereka dalam naungan rahmat-Nya.”

Sungguh luar biasa andil seorang ibu bagi anak-anaknya. Tokoh-tokoh besar tak lahir dari batu berbelah. Dari rahim para ibunda yang luar biasalah mereka lahir di dunia. Melalui akhlak mulia dan keteladanan ibunda, mereka belajar menjadi orang besar. Maka untuk menjadi ibunda bagi anak-anak yang berakhlak mulia, sudah sepantasnya bagi para akhwat untuk memuliakan akhlaknya. Untuk menjadi ibunda bagi mujahid-mujahid tangguh, sepatutnya bagi akhwat untuk mempersiapkan fisik maupun mental sejak kini. Seperti halnya kisah seorang ummahat anggota dewan legislatif Indonesia. Sejak dini, ia memilih untuk tak mengkonsumsi makanan cepat saji dengan alasan demi kesehatan rahimnya karena dari sanalah akan lahir jundi-jundi Allah. Maka benar saja, anak-anaknya menjadi sosok-sosok yang cemerlang akalnya. Allahu a’lam bis shawab.

*taken from http://www.facebook.com/note.php?note_id=104885951593
follow me on twitter: @fauziahwahdhani
facebook: http://www.facebook.com/cantabile.uzzy


Inga kommentarer:

Skicka en kommentar