onsdag 20 juni 2012

Being Parents before Married

bismillah

Pekan lalu mb monica dan saya diminta mengisi seminar perenting utk orang tua anak-anak PAUD di daerah Keraton Yogyakarta. Tadinya pekewuh juga krn kami berdua belum menikah apalagi mjd orang tua namun diminta berbagi ilmu ttg perorangtuaan di hadapan para praktisi ahlinya langsung. Namun tidak terduga ternyata dari sedikit teori psikologi perkembangan yang kami sampaikan, memunculkan banyak respon dari para orang tua. Pertanyaan-pertanyaan yg lbh spt konsultasi. Lagi-lagi sy pekewuh (jd ingat nasihat nadia: "kamu harus belajar cuek! kamu tu labil krn kebanyakan mikir." xD) krn lulus saja belum, apalagi bergelar psikolog, tdk spt mb monica yg sudah resmi S.Psi... o.O

Ada beberapa kondisi yg menurut sy patut mjd koreksi besar bagi sistem pendidikan di Indonesia. Misalnya, saat seorang guru TK yg melabeli seorang muridnya dengan sebutan 'pemalas'. Labelling yg tdk baik itu telak membuat si anak tdk suka dgn gurunya, lalu berubah menjadi takut dan akhirnya mengalami school refusal. Si anak tdk mau sekolah bahkan ketakutan setengah hidup jika ia berada di sekitar lingkungan sekolahnya.

Ada juga seorang ayah yg kebingungan dengan sikap anak laki-lakinya yang menjadi pendiam dan sulit berkonsentrasi. Bapak tsb curiga apa krn pny adik baru ya kok tiba-tiba jd berubah gini sikap anaknya.

Jikalau dilakukan dengan cinta, tidak akan memunculkan kata-kata yang tak perlu. Menyentuh hati, bukanlah pemaksaan sekehendak yang mengingini.
Menyelesaikan masalah harus dimulai dari peniadaan akar yg mjd ujung pangkalnya. Menghindari masalah tidak sama dengan menyelesaikannya. Dan membuat anak kecil mau mengungkapkan peristiwa traumatis yang pernah dialaminya mensyaratkan kesabaran. Respon yang sering muncul saat kita menanyakannya berupa "Ibu jangan tanya itu lagi. Adik sakit kalau ingat itu." dsb.

Ada juga anak preschool yg sering mengancam ibunya saat tdk menuruti keinginannya dgn jurus jitunya, "Mama nggak sayang sama Adik, ya?"

Dan biasanya orang tua takluk dgn kalimat atau perilaku mutung anaknya. Kalau saya cermati, biasanya orang tua yg give in thd anaknya adalah orang tua yg beranak tunggal. Padahal, kalau mau meneladani Bu Sullivan yg berhasil mendidik Hellen Keller mjd guru besar di dunia, she always said "I you want to educate your children, don't give in to them. Never!"


Jadi, solusinya? Menyadur kalimat Pak Fauzil Adhim dlm seminar-seminar parenting nya:
Jika dalam keluarga hanya ada anak 1, biasanya laju rumah tangga dikendalikan anak. Sebaliknya, jika banyak anak-anak di rumah, laju perumahtanggaan dikendalikan orang tua.

Prinsipnya: LEBIH BANYAK LEBIH BAIK xD

*to be continued. adzan maghrib. sholaaaaatt ^^

Inga kommentarer:

Skicka en kommentar