torsdag 7 juni 2012

Catatan Sekolah: GULAT

bismillah
diary Rabu 6 juni 2012

Pekan ini saya mendapat amanah untuk menjadi penguji dalam ujian praktek bahasa Inggris anak-anak year 4, menggantikan Ustad Arya yang sedang ada acara di Semarang hingga akhir pekan. As usual, tidak banyak yang harus saya intervensi terkait kemampuan kognitif mereka. Berdasarkan backpack dari Aussie yang menjadi pegangan kurikulum di sana, beberapa siswa bahkan sudah berada di level 4 which means they are excellent at English subject. Berbicara ttg kurikulum pendidikan di SDIT Internasional Luqman Al Hakim, saya benar-benar salut. Para suhu berhasil menjawab tantangan terhadap kritikan untuk RSBI/SBI dengan jitu. Memang salah satu kritik besar terhadap sekolah-sekolah yang bertitel rintisan/bertaraf internasional adalah salah tafsir makna sekolah internasional. Berapa banyak RSBI/SBI yang membatasi kualitas sekolahnya dengan penggunaan bahasa Inggris dalam penyampaian materi sementara kurikulum yang digunakan masih bertaraf nasional? Jadi, kesannya RSBI/SBI = sekolah yang berbahasa Inggris. Perifer sekali bukan?

Nah. Di SDIT Internasional Luqman Al Hakim, kurikulumnya merupakan integrasi dari kurikulum pendidikan nasional UK dan Indonesia. Untuk bahasa Inggris, ditambahkan satu acuan lagi yaitu standar kurikulum Australia. Memang ada konsekuensi besar juga bagi ustadz/ah nya: sama-sama belajar dari awal! :))

year 4
Belum lagi assessment dan evaluasi terhadap kemampuan siswa. Wuih, it really takes time! Soooo descriptive! Semacam menulis raport untuk anak-anak TK. (Almost) every single detail tentang kemampuan siswa harus dijabarkan oleh Ustadz/ah ybs. Membuat assessment untuk ujian praktek saja sudah lumayan mengeritingkan jari-jari tangan saya. Aspek-aspeknya...masyaAllah... :)) Dan yang paling 'bekerja' pada akhirnya adalah wali kelas yang harus merekap semua laporan dari ustadz/ah seluruh mata pelajaran. Semaaaangat Ustadzah Beti! ^^9

Beberapa siswa tampak tidak mampu dalam melakukan ujian praktek ini. Namun saya tau penyebabnya bukan 'mampu' tapi 'mau'nya mereka yang bermasalah. Sejak awal observasi sudah cukup menggambarkan pada saya bahwa beberapa siswa ini menderita penyakit psikologis: demotivasi. Seperti tadi. Ada Mas Elang dan beberapa kawan lain yang menjadikan berbagai alasan klise sebagai senjata untuk tidak melakukan ujian praktek. Alhamdulillah, sedikit jurus yang berjudul 'laa taghdhab' dan 'manjadda wa jada' berhasil menyentuh hati dan memotivasi mereka untuk melakukan ujian praktek.

Ngomong-ngomong tentang ujian praktek, saya tadi telah mengalami pergulatan dengan para calon cendekiawan muslim itu! Berawal dari Mas Arung dkk yang menggoda Ustadzah Rahma dengan cara melarikan hp beliau, akhirnya saya dan Ust Rahma bermain kejar-kejaran dengan anak-anak sholih itu untuk mendapatkan kembali hp Ust Rahma. Akhirnya saya berhasil menggenggam hp yang berada dalam genggaman tangan mas arung (?). Subhanallah... kompaknya anak-anak ya... melihat saya hampir berhasil itu, seketika rombongan siswa putra menyerbu dan menggelitiki saya! -.-" Saya yang terlahir sbg makhluk yg sangat peka thd rangsang gelitikan langsung terbahak-bahak hingga hampir muntab. U know how it feels when u are digelitikin berjamaah... -.-!

Dan tidak berakhir sampai di sana, Saudara-Saudara! Diam-diam mas gagas, mas elang, mas zia, dan mas arung membuntuti saya dari belakang, lalu setelah saya lengah sedikit mereka kembali menyerbu! Errr... >.< saya sampai ngruwel-ngruwel di pojok ruangan akibat serbuan mendadak itu. Sayang sekali, tidak ada ustadz/ah di kelas kala itu shg saya benar-benar KO digarapi anak-anak sholih itu.

Karena tidak tahan lagi, akhirnya saya keluarkan jurus terakhir pertahanan saya di masa-masa genting: ancaman. Yah, walau kata BF Skinner apapun yang berbau punishment itu tidak akan efektif dalam modifikasi perilaku, toh dalam Al Quran banyak juga pesan yang berisi ancaman di samping iming-iming surga. Dan mmg nyatanya tadi juga berhasil mutlak. Kalimat singkat "Kalau gelitikin Ustadzah lagi, Ustadzah lapor ke Ustadz Fely!" berhasil menghentikan jari-jari iseng itu. Hahahahhh... nama kepala sekolah berhasil mematungkan mereka beberapa detik lalu mereka bertekad tidak akan menggelitiki saya lagi. Uuuuuuw... anak-anak sholih yaaaa... :3

Tidak jauh berbeda di ruang kelas year 1. Sewaktu jam istirahat saya bermain bersama di kelas tsb. As usual, nggambar dan nyanyi-nyanyi geje.Tiba-tiba ada yang nangkring di punggung saya. Kedua tangannya melingkari leher saya erat-erat, kaki-kaki besarnya nongkrong mlungker di perut saya. Persis posenya anak koala yang minta gendong emaknya! Yaa Kariim... itu rasanya benar-benar kayak dicekik gorila dari belakang! Dan ternyata mas faiz yang tambun lagi ngegodain saya.... >.< Antara gemes dan merana ga bisa nafas, akhirnya saya gelitikin bocah lucu itu. Dia terpingkal lalu mengendurkan tangan dan kakinya di tubuh saya. Jilbab saya langsung berantakan, bibir saya hampir-hampir manyun karena saat itu saya sedang berada dalam kuasa hormonal wanita yang membikin mudah pingin marah.. (halah. alibi)

Walaupun berkorban jiwa dan raga (badan saya berasa remuk redam dijajah anak-anak sholih itu. kalau yang putri sholihah sekali ya, Nak... tidak suka main fisik dengan Ustadzahnya ya, Sayang, ya...), satu hal yang saya syukuri dari pergulatan hari ini: nampak jelas keterbangunan attachment antara kami, anak-anak itu dan saya. Alhamdulillah... :')

Bahkan sepulang sekolah saya dicegat oleh Mas Arung, Mas Zia, Mas Gagas, dkk dan mereka memberi saya beberapa teka-teki. Walaupun super duper jayus ya, Nak, ga pa-pa. Saya masih mau kok menertawakan hal-hal yang tidak lucu :p

Lalu anak-anak yang solihah mengajari saya nasyid baru karya Ust. Ahmad. Gimana tadi ya, Nak? Saya sudah lupa... ~.~! Do re do re mi re do... sol sol sol... hahahah kira-kira seperti itu. Ada lirik bahasa Arabnya tapi saya lupa... duh, 'afwan ya, Nak... ^^v

Pas jam makan siang tadi juga romantis ya, Nak.... Kita (anak-anak year 1 dan saya) minum segelas jus bersama-sama. Dari satu gelas yang sama. Berbagi segelas jus di dining room. Nikmat sekali ya, Nak. Ketika kita makan siang di meja yang sama, lalu minum dari segelas yang sama. Aih... indahnya berbagi... :-*

Namun ada yang mengharu biru juga. Saat mas akbar (year 1) menunggu jemputan dan ketika saya tanya umi atau abah yang jemput, dengan polos dia menjawab sambil nyengir polos: "Dijemput mbakku, ust! tapi mbak yang bantuin nggosok baju di rumah."

Nggerus... nggerus...

Juga mas arung (year 4) yang memberikan jatah makan siangnya pada saya dengan alasan tidak suka menunya. Saat saya sarankan agar dibawa pulang saja biar dimakan orang rumah, mas arung menjawab singkat: "Orang tua kerja semua, Ust! Ga ada yang di rumah!"

Mendengarnya seperti... ah. Gimana, ya. Saya masih kurang sreg rasanya jika anak pulang dan tidak ada salah sau atau salah dua orang tuanya. Apalagi kalau orang tua berangkat kerja saat anak belum bangun dan pulang saat anak sudah terlelap tidur. 

Kamis, 7 Juni 2012 23.03 WIB
Besok pagi saya akan menemani para cendekiawan muslim itu dlm ujian tertulis bahasa Inggris year 4. Lalu bersama-sama year 1 membuat kostum drama untuk pertunjukan tutup tahun di akhir bulan ini. Ah, rasanya tidak sabar lagi menunggu fajar esok hari. Miss u much, Nak! Sampai jumpa besok pagi, Sayang...^^

groupshugs,
xox

Inga kommentarer:

Skicka en kommentar