tisdag 3 april 2012

Kokohkan Ukhuwwah, Bergerak untuk Ummat



Sebuah catatan, untuk keluarga yang sudah—sedang—akan saya cintai:

Bahwa apa-apa yang kami usahakan, sejatinya untuk kebaikan dan perbaikan. Kami tidak tahu kapan semai perjuangan ini akan tertuai. Mungkin besok pagi, akhir tahun ini, tahun depan, tahun depannya lagi, atau tahun depan depannya lagi, bahkan bisa jadi setelah kami semua mati. Sungguh kami tidak mengetahui. Yang kami yakini, Tuhan kami Maha Adil. Bahwa ada catat yang tak terlewat. Bahwa tidak ada yang tak berbalas. Begitu pun untuk setiap peluh maupun luh kami yang luruh. Dan kami telah memutuskan untuk tetap teguh.

Apa kabar KSAI Al-Uswah? Lima bulan perjalanan kepengurusan ini terlampaui sudah. Masih ada separuh perjalanan lagi. Tinggal separuh jalan untuk dilewati. Beragam events telah diadakan oleh departemen-departemen dalam organisasi dakwah ini. Tresno, Trisula, training EO, aktivasi program beasiswa, les privat, outbound, buletin, mentoring, Kantin, UG KSAI, dsb. Terus bergerak, karena diam itu mematikan. Begitu kami diajarkan. Dan sampai hari ini, KSAI masih (dan akan terus) berproses dalam rangka kebaikan dan perbaikan, menjadi organisasi besar untuk tujuan besar.
Kita sama-sama setuju bahwa orang besar fokus pada hal-hal besar, bercita-cita besar, dan berani mengambil resiko yang jauh lebih besar daripada orang kebanyakan. Orang besar tidak lagi disibukkan dengan hal-hal kecil remeh-temeh karena pekerjaan mereka memang untuk tujuan yang besar. Maknanya, bahwa orang besar telah selesai dengan urusan-urusan yang kecil. Ya, selesai. Dan sama sekali bukan mengabaikannya. Orang besar telah berhasil menyelesaikan urusan dengan diri mereka sendiri sehingga kemanfaatan mereka berlipat-lipat. Kemanfaatan untuk ummat. Terasa kan ya, bedanya “telah selesai” dengan “mengabaikan”? Bukankah terlalu absurd untuk menjadi orang besar sementara masih saja kerepotan untuk menyelesaikan yang kecil-kecil? Atau yang lebih parah, mengabaikannya dan berpura-pura hal itu tidak pernah ada.
Maka begitu pula dengan KSAI Al-Uswah. Saya sangat percaya, bahwa kelompok studi amaliyah Islam ini mampu menjadi organisasi yang besar. Organisasi yang prestisius sekaligus berpengaruh besar, begitu Pak Munif Ridwan –mas’ul edisi perdana KSAI—membahasakan di forum Kantin beberapa waktu lalu. Syarat dan ketentuan yang berlaku tentunya adalah menyelesaikan secara tuntas urusan dengan diri sendiri serta hal-hal kecil lainnya terlebih dahulu. Dengan kata lain, membereskan urusan internal KSAI.
Secuplik ilustrasi das solen-nya nya mungkin seperti ini:
Visi misi? Beres. Semua bergerak menuju tujuan yang sama dalam ranah masing-masing. Struktur? Sip, lah. Sudah dipikirkan, dipersiapkan, dan diantisipasi sejak awal. Ada grand design, pun kejelasan arahan. Kalaupun ada yang kurang berkenan terhadap tatanan yang ada, maka seluruh elemen KSAI beradaptasi terhadapnya, bukan sekedar keluh dan gerutu namun usul solusi pun turut maju. Tentang syuro’? Ah, lewat. Tidak ada keterlambatan, tidak ada penyepelean. Hanya penghormatan serta kepatuhan terhadap forum syuro’ sebagai refleksi Q.S. Ali Imran: 159 ataupun Q.S. Asy-Syuura: 38. Hubungan interpersonal? Mantab! Saling menghormati, saling menghargai, saling memahami. Setiap pengurus sukses dalam hal saling berempati maupun bersimpati. Adapun konflik, selalu dijembatani dengan asertivitas orang per seorang yang terkait. Tabayyun, begitu bahasa kita. Karena pada setiap masalah disandingkan pula solusi bersamanya, sebagaimana inna ma’al ‘usrii yusran yang kita yakini.
Utopia, memang. Sangat. Sedangkan sebagian besar kita ditumbuhkembangkan dalam lingkungan pragmatis. Namun kita bisa menjembatani harapan yang utopis dan ingin yang pragmatis itu dengan idealisme yang realistis. Be professional! Saya kira prinsip penjagaan serta peningkatan profesionalitas untuk menciptakan kondisi das sein KSAI yang ideal masih menjadi kunci utama yang logis sampai hari ini, bahkan nanti. Kapasitas profesional seseorang mencerminkan kualitas personalnya, maka pada akhirnya kita kembali pada islahunnafs atau perbaikan diri. Totalitas, no excuse! Ayolah, kita sama-sama belajar untuk tidak mudah berapologi pada diri sendiri J. Dan semoga, apa yang diistilahkan dalam dunia psikologi sebagai iklim organizational citizenship behavior (OCB) atau perilaku “melakukan lebih dari tugasnya” tercipta di KSAI. Ruang kontribusi kita tidak lagi pada tataran departemenisasi, namun merambah pada ranah entitas KSAI Al-Uswah. Go extramild! (rock)
Dan semua itu adalah tentang proses. Bukan sim salabim sambil menjentikkan jemari. Maka amunisi tercanggih yang kita butuhkan adalah: kesabaran.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Q.S. Az-Zumar: 10
“Kunci di KSAI itu: sabar, sabar, dan sabar.” (Hanggara, 2010)

Sabar dalam ukhuwwah, sabar dalam mengemban amanah. Karena memang saat ini kita sedang belajar bersama tentang dua hal itu: ukhuwwah & amanah. Bukan “ukhuwwah karena amanah” maupun “amanah karena ukhuwwah”. Sangat disayangkan, jika penyatu interaksi antara dirimu dan diriku hanya sebatas struktur organisasi. Bermanis-manis hanya karena saya kadep dan kau staff, saya ketua dan kau anggota, pun sebaliknya. Na’udzubillah. Begitu pula dengan profesionalitas kita, oh rugi nian jika hanya berlandaskan rasa pekewuh terhadap rekan. Tetapi adalah, sinergi ukhuwah dan amanah di KSAI. Itulah yang sedang kita pelajari saat ini. Berdasarkan kesamaan aqidah. Islam. Bukan nasab darah maupun kepentingan harta. Di sini, saat ini, kita sedang belajar bersama melakonkan dengan sebaik mungkin peran-peran kita sesuai skenario-Nya (yang entah kapan akan kita dapati hasil nyatanya) : mengusahakan penegakan kalimat-kalimat Allah, memberati bumi ini dengan kalimat laa ilaa ha illallah, mewujudkan Teladan Darussalam... menuju ustadziatul alam.... horeee... (worship)

Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu, berhimpun dalam naungan cintaMu
bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya
terangilah dengan cahayamu yang tiada pernah padam
Ya Rabbi bimbinglah kami...
Lapangkanlah dada kami dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu
hidupkan dengan ma'rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu
Engkaulah pelindung dan pembela


Saya hanya berharap, semoga benih ketulusan ukhuwah dan totalitas kesungguhan kita terhadap amanah yg telah kita semai di bumi ini kelak salah satu tuaiannya merupa kecemburuan para nabi dan syuhada di surga-Nya, atas menara cahaya yang Allah hadiahkan bagi kita, atas ukhuwah ini.... Amiiin, Yaa Rahman Yaa Rahiim... [uzzy]


Sumber acuan penulisan:
ETIKA JAMAAH “Telaah Evaluatif Kedisiplinan terhadap Rambu-Rambu Jama’ah Dakwah” (Media Insani Press, 2005)

--menemukan file lama ini, smg semangat KSAI tidak pernah usang :')
yogyakarta 3 april 2012--

2 kommentarer: